Minggu, 29 April 2012
Motif-motif inti
• Tekad,
Karena tidak adanya istilah yang lebih baik, tekad di sini digunakan untuk meliputi segala motif yang terkait tidak identik.
Prestasi (achievement) adalah salah satu di antaranya. Para pencetak prestasi biasanya mendapatkan mendapatkan kepuasan bila berhasil menyelesaikan tugas yang menantang, bila meraih standar kinerja terbaik, dan bila mengembangkan cara-cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu. Untuk melapangkan jalannya menuju puncak suatu organisasi, para pemimpin harus mempunyai kemauan untuk menyelesaikan berbagai tugas dan proyek yang penuh tantangan. Semua ini memacu mereka untuk mendapatkan keahlian teknis melalui pendidikan dan pengalaman kerja, dan berinisiatif dan mengikuti terus perubahan organisasi.
• Ambisi,
Ambisi adalah motif kuat yang kedua, berkaitan erat dengan motif kepemimpinan yang ikut terangkum dalam kata tekad. Para pemimpin harus mempunyai keinginan untuk mendapatkan kemajuan dalam karirnya dan membuat divisi dan perusahaan mereka berkembang dan mendapatkan keuntungan besar. Untuk menaikkan peringkatnya, para pemimpin harus mengambil langkah aktif untuk menunjukkan tekad dan keteguhannya. Ambisi memaksa pemimpin untuk menancapkan sasaran-sasaran yang berat dan menantang untuk dirinya sendiri dan organisasi, dan mereka biasanya sangat ambisius dalam kerja da karir mereka. Pemimpin pada hakekatnya lebih ambisius daripada nonpemimpin.
“keteguhan yang tak tergoyahkanlah untuk meraih kesuksesan”
• Energi (energy),
Energi diperlukan para pemimpin untuk mempertahankan tekadnya meraih prestasi tinggi dan mendapatkan kemajuan dalam organisasinya. Untuk bisa bekerja keras dalam waktu lama (bahkan selama akhir pecan) –suatu pola kerja yang biasa di antara para pemimpin– menuntut masing-masing individu untuk mempunyai tingkat vitalitas fisik, mental dan emosional yang di atas rata-rata. Suatu penampakan dari energi seorang pemimpin bisa mengkomunikasikan visi dan membantu meningkatkan komitmen para pegawai terhadap visi itu.
• Keteguhan (tenacity),
Keteguhan merupakan suatu motif yang melibatkan suatu ketahanan untuk terus fokus pada sasaran ketika sedang dihadang berbagai rintangan. Para pemimpin harus “tak boleh letih” dalam segala aktivitasnya –terutama dalam mengkomunikasikan visi mereka kepada para anak buahnya. Saat menggantungkan komitmennya pada visi tersebut, para pemimpin harus setia pada visi itu meski harus menghadapi segala rintangan, dan pemimpin juga mesti menindaklanjuti dengan suatu tindakan nyata dalam mengimplementasikan visi itu.
• Inisiatif,
Inisiatif merupakan suatu motif yang mengarahkan para pemimpin efektif untuk proaktif, jadi bukan pendekatan reaktif terhadap pekerjaan mereka. Mereka mengambil keputusan dari berbagai pilihan yang tersedia untuk mendapatkan perubahan yang produktif. Dengan kata lain, mereka tidak sekadar bereaksi terhadap peristiwa atau menanti sesuatu terjadi.
Para pemimpin efektif harus mempunyai keinginan untuk memimpin. Motivasi kepemimpinan membutuhkan keinginan untuk mempengaruhi orang-orang lain. Hal ini acapkali disamakan dengan kebutuhan akan kekuasaan. Seseorang dengan motivasi kepemimpinan yang tinggi banyak berpikir mengenai cara mempengaruhi orang banyak, memenangkan suatu perdebatan, atau meraih posisi dengan kewenangan yang lebih besar. Para individu dengan motivasi kepemimpinan yang kuat lebih menyukai peran kepemimpinan daripada peran sebagai bawahan, dan mereka menunjukkan kemauan untuk memikul tanggung jawab.
• Motif kekuasaan personal,
Seorang pemimpin dengan motif kekuasaan personal mengejar kekuasaan sebagai suatu tujuan itu sendiri. Individu-individu semacam ini mempunyai sedikit kontrol diri dan cenderung impulsif; mereka memfokuskan pada kumpulan simbol dari prestise yang dimiliknya. Motif kekuasaan jenis ini bisa dianggap sebagai neurotic karena mengharapkan kekuasaa semata-mata untuk mendominasi orang-orang lain. Motif kekuasaan personal ini berkaitan erat dengan dominasi terhadap orang-orang lain dan aktivitas memimpin para pengikut yang tergantung dan patuh.
• Motif kekuasaan sosial,
Sebaliknya, seorang pemimpin dengan motif kekuasaan sosial menggunakan kekuasaan sebagai alat untuk meraih sasaran atau visi. Motivasi ini lebih memungkinkan untuk menghasilkan kepemimpinan yang efektif. Dibandingkan dengan mereka yang mempunyai motif kekuasaan personal, para individu yang memiliki motif kekuasaan sosial ini :
Lebih matang secara emosional,
Menjalankan kekuasaan demi kebaikan seluruh organisasi,
Kecil kemungkinan menggunakan kekuasaan dalam cara-cara yang manipulative,
Kurang defensif,
Lebih berkemauan untuk mendapatkan saran dan nasihat dari para ahli,
Mempunyai perspektif yang lebih berjangka panjang.
• Kejujuran \ Integritas,
Kejujuran dan integritas merupakan kebajikan yang tak perlu dipertentangkan lagi oleh siapapun termasuk oleh para pengikut. Tapi keduanya mempunyai arti penting khusus sebagai bakat para pemimpin. Tanpa keduanya, keseluruhan bangunan kepemimpinan akan rusak. Integritas didefinisikan sebagai sesuainya perkataan dengan tindakan, dan kejujuran menunjuk pada sikap yang bisa dipercaya atau tidak pernah lancung. Paduan keduanya member landasan hubungan yang saling percaya antara seorang pemimpin dan para pengikutnya.
• Rasa percaya diri,
Tidak bisa disangkal, rasa percaya diri merupakan bakat yang diperlukan kepemimpinan sukses. Seseorang yang diliputi keragu-raguan ketika menghadapi berbagai tantangan dan tanggung jawab tidak akan sanggup melakukan aksi atau perintah terhadap orang lain.
• Orisinalitas \ Kreativitas,
Seorang pemimpin bisa tetap efektif dengan ide-ide cemerlang ‘yang dipinjam’, jadi tidak selalu mesti orisinal.
Imajinasi penting terutama untuk mengembangkan sebuah visi, tetapi tetap belum jelas apakah imajinasi itu dibutuhkan untuk mengembangkan suatu visi yang efektif. Para pemimpin efektif mungkin sanggup mengatasi kelemahannya karena tidak memiliki imajinasi atau orisinalitas dengan cara membangkitkan semangat orang-orang lain untuk mengusulkan ide-ide yang kreatif.
• Fleksibilitas \ Adaptabilitas,
Seorang pemimpin yang efektif harus cukup fleksibel untuk menghadapi segala tantangan.
Fleksibelitas (diterjemahkan sebagai tindakan menyesuaikan diri dengan situasi) berkaitan dengan kapasitas kepemimpinan. Tanpa fleksibelitas, para pemimpin akan terperangkap dalam cara-cara mereka sendiri, terisolasi bersama ide-ide yang mapan, dan tidak sanggup mengadaptasi perubahan dalam lingkungan dan organisasi mereka.
• Karisma ,
Karisma merupakan karakter para pemimpin yang banyak dipelajari, tetapi ada beberapa kebingungan berkenaan dengan arti sesungguhnya dari karisma itu.
Karisma memberikan dampaknya yang terbesar pada saat komunikasi, terutama ketika seorang pemimpin memberi pidato yang amat menggugah para bawahannya. Tetapi visi dari seorang pemimpin yang amat mengandalkan pada karisma tidaklah melembaga dalam organisasi itu, dan visi tersebut biasanya memudar ketika pemimpin mati atau pergi.
• Keahlian interpersonal,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar